Thursday, May 26, 2011

Siswa Jepang Paling Sopan di Dunia


REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO - Jepang bisa membanggakan disiplin siswa-siswi negara tersebut di sekolah. Perilaku siswa Jepang di kelas itu lebih baik atau terbaik dunia. Demikian hasil penelitian internasional.

Menurut hasil penelitian tersebut, murid-murid di Jepang menempati posisi tertinggi dalam peringkat perilaku baik. Laporan dari forum kerjasama ekonomi OECD mendapati jumlah gangguan di kelas pada tahun 2009 lebih sedikit jika dibandingkan angka hasil penelitian tahun 2000.

Siswa-siswi di Inggris berperilaku lebih baik jika dibandingan perilaku rata-rata siswa di negara lain. Namun, negara dan kawasan Asia mendominasi posisi teratas di daftar peringkat perilaku terbaik.

OECD menerbitkan analisis statistik perilaku yang dihimpun sebagai bagian dari penelitian internasional forum tersebut. Penelitian itu juga membandingkan kinerja sistem pendidikan.

Penelitian OECD mencermati tingkat gangguan yang terjadi di kelas dari segi berapa lama guru harus menunggu siswa usia 15 tahun ''menjadi tenang'' dalam proses belajar. Penelitian mendapati bahwa, meski banyak pihak merisaukan perilaku buruk, kemungkinan remaja gaduh dan berulah itu menurun jika dibandingkan dengan hasil analisis internasional serupa pada 2000.

''Keyakinan umum selama ini mempercayai disiplin siswa turun dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Keyakinan tersebut juga mempercayai bahwa para guru kehilangan kendali atas kelas mereka. Namun, keyakinan umum itu keliru,'' kata laporan OECD. ''Antara tahun 2000 dan 2009, disiplin di sekolah ternyata tidak memburuk. Bahkan, di banyak negara disiplin siswa justru meningkat.''

Negara-negara dan kawasan di Asia menempati tujuh dari 10 tempat teratas. Tiga tempat teratas ditempati oleh negara di Eropa timur.

Sunday, May 15, 2011

UN Tingkat SMA Sederajat di Jateng, Lulus 99,71 Persen

Pengumuman kelulusan hasil Ujian Nasional (UN) SMA/ MA/ SMALB/ SMK) di Jawa Tengah dilakukan serentak, Senin ini (16/5). Tahun ini tingkat kelulusan UN tingkat SMA sederajat di Jateng mencapai 308.133 siswa atau 99, 71%. Angka kelulusan yang mendekati 100% dikarenakan perubahan sistem komposisi kelulusan yang menguntungkan siswa.

Sistem baru yang diberlakukan mulai tahun ini yakni menggabungkan nilai UN dan nilai sekolah dengan komposisi sebesar 60% dan 40%. Cara ini ternyata mampu membuat siswa lebih nyaman dalam mengerjakan lembar soal ujian dan menjadikan UN bukan sebagai momok lagi.

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Tengah Drs Kunto Nugroho HP, Msi mengatakan , prosentase kelulusan ini naik dibandingkan tahun sebelumnya mencapai 98,66 persen. Kenaikan angka kelulusan di Jawa Tengah telah terjadi dalam tiga tahun terakhir, ujar Kunto .

Disebutkan , tahun 2011 ini, sebanyak 911 siswa atau sekitar 0,294 persen dinyatakan tidak lulus. Siswa SMK penyumbang terbesar angka ketidaklulusan yakni mencapai 283 siswa atau 0,182 persen .

Secara rinci Kunto menambahkan, jumlah siswa SMA peserta UN mencapai 118.029 , yang lulus 117.545 siswa dan yang tidak lulus 484 siswa (0,41 persen). Untuk MA , jumlah peserta UN mencapai 35.327 siswa , yang lulus 35.183 dan 344 siswa atau 0,408 tidak lulus.

Sedangkan untuk SMALB , sebanyak 90 siswa peserta UN dinyatakan lulus semua . Untuk SMK dengan total 155.598 siswa, yang lulus 155.315 siswa, tidak lulus 283 siswa (0,18 persen). Namun, peringkat kelulusan setiap kabupaten/kota belum dapat dapat diperinci oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, karena data secara umum baru tiba Sabtu (14/5) subuh dari Kemdiknas.

Tuesday, May 3, 2011

“Pendidikan karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa”

Apa yang kita tahu tentang dunia pendidikan saat ini? Barang kali itulah yang jadi pertanyaan kita. Kemarin hari Pendidikan Nasional tepat tanggal 2 Mei 2011. Saya dan juga murid-murid SMK N 3 Salatiga tempat saya bekerja melaksanakan upacara bersama di lapangan Pancasila, Kota Salatiga. Hujan turun dengan rintihnya tapi kulihat semangat tetap ada. Hari itu upacara di pimpin oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah yakni bapak H. Bibit Waluyo. Pidato hari itu menyampaikan sambutan dari Menteri Pendidikan Nasional yang intinya adalah “Pendidikan yang berkarakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa”. Nah sekarang kita flash back, apakah selama ini itu sudah dilakukan dibangsa Indonesia? Ataukah itu sekedar wacana?. Setahu saya Pendidikan berkarakter sudah dimulai sejak tahun 2010 dan mungkin sudah disampaikan pada puncak Hardiknas di Istana Negara 2010 yang lalu.

Sekretaris Jenderal Kemdiknas Dodi Nandika pada kesempatan yang sama menyampaikan, secara harfiah karakter memiliki makna mengukir, dengan cara multi dimensi. Namun yang paling penting adalah habituasi (pembiasaan) ke siswa. "Membiasakan tersenyum, respect to others, bersikap baik di kelas dan di luar kelas, yang penting bagaimana proses itu terbiasakan," katanya. Menurutnya, pendidikan karakter yang sistemik di sekolah bukan hanya sekedar tempelan. Guru memiliki peran sebagai transmitter, dan harus disiapkan dengan baik. "Melatih guru merupakan bagian dari target kerja Kemdiknas, sampai 2010 sudah 20 ribu guru yang telah dilatih dan diberi materi tentang karakter," ujarnya.Nah sekarang bagaimana hal tersebut di implementasikan di dunia pendidikan saat ini?inilah mungkin yang belum bisa dirasakan saat ini.

Tema hari pendidikan nasional tahun 2011 saat ini adalah “Pendidikan karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa” Tema ini mengingatkan kita akan apa yang telah ditekankan Bapak Pendidikan Nasional kita Ki Hajar Dewantoro yaitu daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan jasmani anak didik. Melihat apa yang telah terjadi saat ini, apakah bangsa ini mampu melakukan itu, justru yang saya lihat saat ini adalah suatu kemerosotan, terutama kemerosotan moral. Baru-baru ini saya lihat berita ada tawuran anak sekolah sepulang mereka melaksanakan Ujian Nasional, mau dibawa kemana masa depan anak bangsa ini?dimana daya dukung masyarakat?orang tua?apalagi pemerintahan? Banyak kita lihat gedung sekolah yang sangat memprihatinkan, fasilitas yang kurang memadahi, apakah hal ini bisa membangkitkan Pendidikan yang berkarakter apalagi sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa? Mungkin kita harus belajar dari diri kita sendiri, mulai mencoba apa yang bisa kita lakukan untuk diri kita sebagai bangsa Indonesia. Melihat dari semua yang terjadi, mampukah Pendidikan berkarakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa?kita lihat saja.

By : Pak Wo